Friday, November 15, 2013

Welcome to 4 series club..

Assalam alaik...
Bismillah..


Berapa usia anda sekarang?  sudah mencecah 40 tahun? Alhamdulillah masih diberi kehidupan oleh Allah swt.. welcome to 4 series cliub.. teringat kengkawan mengucapkannya saat tibanya tarikh lahir yang berkenaan...

Tapi mengapa yea... menjelangnya usia 40 tahun ini lain sangat perasaannya berbanding usia2 sebelumnya dan selepasnya .. mengapa pada usia 40 tahun?..

Rupa2nya Allah swt Maha Mengetahui telah menemukanku dengan kalamnya... Allah swt. Berfirman pada surah Al Ahqaf Ayat 15,

'Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai 40 ia berdoa,
ROBBI = “Ya Allah Ya Tuhanku,
AUZI’NI = berilah aku petunjuk
AN ASYKURO = agar aku dapat mensyukuri
NI’MATAKA = nikmat-Mu
AL-LATII AN’AMTA ‘ALAYYA = yang telah Engkau limpahkan kepadaku
WA’ALAA WAALIDAYYA = dan yang Engkau limpahkan kepada kedua orang tuaku
WA AN A’MALA SHOOLIHAN = dan agar aku dapat berbuat kebajikan
TARDLOOHU = yang Engkau r3dhai;
WA’ASHLI_H LII  = dan berilah aku kebaikan (yang akan mengalir sampai)
FII DZURRIYYATII = kepada anak cucuku.
INNII TUBTU ILAIKA = Sungguh, aku bertobat kepada Engkau
WA INNII MINAL MUSLIMIIN  = dan sungguh, aku (ingin) termasuk orang muslim (yang taat).” 

Adakah maksudnya Doa yang terdapat dalam ayat tersebut tentu dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang memasuki usia 40an. Menurut para pakar tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada ayat ini, kerana pada usia ini manusia mencapai puncak kehidupannya dari segi fizikal, intelektual, emosi, kerjaya maupun kehidupannya. Dikatakan orang yang berusia 40 tahun telah meninggalkan usia mudanya dan beralih ke usia dewasa. Apa yang dialami pada usia ini sifatnya stabil dan kukuh.

Pada ayat yang lain,  Allah swt berfirman,
‘...Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempoh yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mahu berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan?..’ (Surah Fâthir petikan ayat 37)
Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempuh yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah kala berusia 40 tahun.

Peringkat Usia..

Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan kepada 4 peringkat 1) kanak-kanak atau thufuliyah, 2) muda atau syabab, 3) dewasa atau kuhulah, dan 4) tua atau syaikhukhah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut peringkat kanak-kanak itu mulai sejak dilahirkan hingga mencapai baligh, peringkat muda mulai dari usia baligh sampai 40 tahun, peringkat dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.

Kebanyakan Nabi juga diutus setelah berusia 40 tahun antaranya Nabi Muhammad saw diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as mereka diutus menjadi nabi ketika usia mereka genap 40 tahun. Imam al-Syaukani rahimahullah berkata, "Para ahli tafsir berkata bahwa Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Nabi kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun." (Tafsir Fathul Qadir: 5/18)

Istimewa ke usia 40 tahun?

Jika nak kata ada keistimewaan mungkin kita boleh rujuk kepada Baginda saw. Sabda Rasulullah saw.,
‘Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai “tawanan Allah” di bumi.’ (Hadis Riwayat Ahmad)

Hadis ini menyebut usia 40 tahun paling awal, dimana isinya bermakna orang yang mencapai usia 40 tahun yang istiqamah dalam ibadahnya serta tetap memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah swt, maka Allah swt akan meringankan hisabnya. Perhitungan amalnya akan dimudahkan oleh Allah swt. Ini merupakan suatu keistimewaan tersendiri.

Tetapi, pada umur 40 tahun juga perlu tingkatkan kewaspaan jua. Ibarat waktu solat, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk asar. Senja. Sebentar lagi maghrib. Sahabat Qotadah, tokoh generasi tabiin, berkata, “Bila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka hendaklah dia mengambil kehati-hatian dari Allah ‘azza wa jalla.”


Bahkan, sahabat Abdullah bin Abbas ra  dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak unggul mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.

Nasihat yang diungkap oleh dua sahabat besar tersebut memberikan pengertian bahwa manusia harus mulai bersikap waspada dan hati-hati dalam ibadah pengabdiannya kepada Allah swt bila usianya telah mencapai 40 tahun. Ia ditekankan untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan amal kebajikan yang telah dibiasakannya pada usia sebelumnya. Dikhuatiri ibarat perumpamaan “tua-tua keladi”, makin tua dosanya makin menjadi-jadi. Secara keras, Ibnu Abbas ra mengingatkan manusia yang berumur 40 tahun dan amal kebajikannya masih kalah dibanding dengan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.

Atas dasar ini, penduduk Madinah dahulu yang didominasi oleh para sahabat Nabi saw ketika usia mereka telah mencapi 40 tahun, mereka menumpukan masa mempertingkatkan ibadah. Hal yang sama dilakukan oleh penduduk Andalusia, Spanyol. Berikut adalah testimoni (hah macam penjual plak kan)

Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan seraya memakai tongkat. Jika ditanya, jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah.”

Syeikh Abdul Wahhab asy-Sya’rani dalam kitab “al-Bahr al-Maurûd” menyatakan, “Kita memiliki keterikatan janji manakala umur kita telah mencapai 40 tahun, bahwa kita harus melipat alas tidur kecuali bila terkuasai (yakni, kantuk berat datang dan tak bisa dihindari), kita tidak boleh alpa dari keberadaan kita sebagai para musafir ke negeri akhirat di setiap detak nafas, sehingga kita tidak merasa memiliki kenyamanan sedikit pun di dunia. Kita harus melihat sedetik nafas dari umur kita setelah usia 40 tahun sebanding dengan 100 tahun dari umur sebelumnya. Begitulah. Pasca usia 40 tahun, tidak ada rehat bagi kita, tidak lagi berebutan atas suatu jabatan (kursi), tidak juga merasa senang dengan sedikit pun dari dunia. Semua itu karena sempitnya usia pasca 40 tahun. Tidaklah pantas orang yang berada di ujung kematian berlaku lalai, lupa, santai, dan bermain-main.”

Lantas, apa yang harus kita lakukan ketika menginjak usia 40 tahun? Beberapa yang disebutkan Ahmad Syarifuddin dalam bukunya ini adalah:
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritualisme
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga konsistensi dan kontinuitas

Benarkah kata Barat ‘Life began at forty’ ?

Jom renungkan syair Ali bin Abi Thalib ra,

إِذَا عَاشَ الْفَتَى سِتِّيْنَ عَامًا # فَنِصْفُ الْعُمْرِ تَمْحَقُهُ اللَّيَالِي
وَرُبْعُ الْعُمْرِ يَمْضِى لَيْسَ يُدْرَى # أَيُقْضَى فِى يَمِيْنٍ أَوْ شِمَالِ
وَرُبْعُ الْعُمْرِ أَمْرَاضٌ وَشَيْبٌ # وَشُغْلٌ بِالتَّفَكُّرِ وَالْعِيَالِ
‘Jika seorang pemuda dikaruniai usia 60 tahun, maka separuh usianya habis oleh tidur di malam hari. Sementara seperempat usianya berlalu tanpa diketahui, apakah dijalankan ke kanan atau ke kiri. Seperempat usianya yang lain dimangsa oleh sakit, uban, dan kesibukan mengurus keluarga.’

Sahabat,  Abdullah bin Umar ra pernah menceritakan hadis dari Rasulullah saw yang perlu dicamkan berkaitan dengan hal ini,

‘Rasulullah Saw. memegang kedua pundakku dan bersabda, “Jadilah di dunia seakan-akan kamu orang asing (perantau) atau pengembara (musafir).” Abdullah bin Umar ra. berkata, “Jika berada di waktu sore, jangan menanti waktu pagi. Jika berada di waktu pagi, jangan menanti waktu sore. Pergunakanlah (rebutlah) masa sehatmu (dengan amal-amal shaleh) untuk bekal (antisipasi) masa sakitmu dan masa hidupmu untuk bekal (antisipasi) masa matimu.” (Hadis Riwayat Bukhari).

Bergabunglah keinsafan, taubat dan penyerahan. Maka berdasarkan ayat 15 Surah al-Ahqaf di atas, kita diajar untuk bertaubat apabila menjelang usia 40 tahun. Kata al-Imam Ibn Kathir (w. 774H):

“Ayat ini memberikan petunjuk bahawa insan apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbaharui taubat dan kembali kepada Allah, serta bersungguh-sungguh mengenainya” (Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-‘Azim, 7/281. Saudi: Dar al-Tibah).

Apabila itu yang kita lakukan menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janjiNya dalam ayat selepasnya bermaksud,

“mereka (yang bersifat seperti itu) itulah orang-orang yang Kami (Allah) terima dari mereka amalan yang baik yang mereka telah amalkan, dan Kami ampunkan kesalahan-kesalahan mereka; (mereka akan dimasukkan) dalam ahli syurga, sebagai memenuhi janji yang benar, yang telah dijanjikan kepada mereka”. (Surah al-Ahqaf ayat 16).

Indahnya janji dari Yang Maha Benar. 

l-Tsa'labi rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyebutkan umur 40 tahun karena ini sebagai batasan bagi manusia dalam keberhasilan maupun keselamatannya."

Ibrahim al-Nakhai rahimahullah berkata, "Mereka berkata (yakni para salaf), bahwa jika seseorang sudah mencapai umur 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya." (Lihat: al-Thabaqat al-Kubra: 6/277)  

Dihikayatkan, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi seorang lelaki yang soleh, cerdas, sabar, murah hati, berwibawa dan terhormat. Ia berkata, "manusia yang paling sempurna akal dan fikirannya adalah apabila telah mencapai usia 40 tahun. Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan pikiran manusia akan sangat jernih pada waktu sahur." (Lihat: al-Wafyat A'yan, Ibnu Khalkan: 2/245)

Disebutkan tentang biografi al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi, "Bahwa ketika mencapai umur 40 tahun ia berkonsentrasi untuk beribadah dan memutuskan diri dari hubungan dengan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, dan ia berpaling dari semua urusan dunia dan umat manusia, seakan-akan ia tidak pernah kenal seorangpun dari mereka. Dan ia terus menyusun karya-karya tulisnya. . ." (Syadzratu al-Dzahab: 8/51)

Semoga kita digolongkan hambaNya yang mampu mengisi umur kita dengan sebaik-baiknya sehingga meringankan hisab kita di akhirat. Aamiiin.

Wallahualam


Sumber dan penghargaan : http://bahtiarhs.net dan drmaza.com/

No comments:

Post a Comment