Assalam alaik...
Bismillah..
Berapa usia anda sekarang? sudah mencecah 40 tahun?
Alhamdulillah masih diberi kehidupan oleh Allah swt.. welcome to 4 series
cliub.. teringat kengkawan mengucapkannya saat tibanya tarikh lahir yang
berkenaan...
Tapi mengapa yea... menjelangnya usia 40 tahun ini lain
sangat perasaannya berbanding usia2 sebelumnya dan selepasnya .. mengapa pada
usia 40 tahun?..
Rupa2nya Allah swt Maha Mengetahui telah menemukanku dengan
kalamnya... Allah swt. Berfirman pada surah Al Ahqaf Ayat 15,
'Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya
selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan
umurnya mencapai 40 ia berdoa,
ROBBI = “Ya Allah Ya Tuhanku,
AUZI’NI = berilah aku petunjuk
AN ASYKURO = agar aku dapat mensyukuri
NI’MATAKA = nikmat-Mu
AL-LATII AN’AMTA ‘ALAYYA = yang telah Engkau limpahkan
kepadaku
WA’ALAA WAALIDAYYA = dan yang Engkau limpahkan kepada kedua
orang tuaku
WA AN A’MALA SHOOLIHAN = dan agar aku dapat berbuat
kebajikan
TARDLOOHU = yang Engkau r3dhai;
WA’ASHLI_H LII = dan berilah aku kebaikan (yang akan
mengalir sampai)
FII DZURRIYYATII = kepada anak cucuku.
INNII TUBTU ILAIKA = Sungguh, aku bertobat kepada Engkau
WA INNII MINAL MUSLIMIIN = dan sungguh, aku (ingin)
termasuk orang muslim (yang taat).”
Adakah maksudnya Doa yang terdapat dalam ayat tersebut tentu
dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang memasuki usia 40an. Menurut para pakar
tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada ayat ini, kerana pada usia ini
manusia mencapai puncak
kehidupannya dari segi fizikal, intelektual, emosi, kerjaya maupun kehidupannya.
Dikatakan orang yang berusia 40 tahun telah meninggalkan usia mudanya dan
beralih ke usia dewasa. Apa yang dialami pada usia ini sifatnya stabil dan
kukuh.
Pada ayat yang lain, Allah swt berfirman,
‘...Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempoh yang
cukup untuk berfikir bagi orang yang mahu berfikir, dan (apakah tidak) datang
kepadamu pemberi peringatan?..’ (Surah Fâthir petikan ayat 37)
Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin
Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempuh yang
cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah kala berusia 40
tahun.
Peringkat Usia..
Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan kepada 4 peringkat
1) kanak-kanak atau thufuliyah, 2) muda atau syabab, 3)
dewasa atau kuhulah, dan 4) tua atau syaikhukhah. Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah menyebut peringkat kanak-kanak itu mulai sejak dilahirkan
hingga mencapai baligh, peringkat muda mulai dari usia baligh sampai
40 tahun, peringkat dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari
60-70 tahun.
Kebanyakan Nabi juga diutus setelah berusia 40 tahun
antaranya Nabi Muhammad saw diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun
kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as mereka diutus menjadi nabi ketika usia
mereka genap 40 tahun. Imam al-Syaukani rahimahullah berkata,
"Para ahli tafsir berkata bahwa Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Nabi
kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun." (Tafsir Fathul Qadir: 5/18)
Istimewa ke usia 40
tahun?
Jika nak kata ada keistimewaan mungkin kita boleh rujuk
kepada Baginda saw. Sabda Rasulullah saw.,
‘Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh
tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya
mencapai enam puluh tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan
kembali (bertaubat) kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para
penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan
puluh tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal
keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, Allah
juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan
mencatatnya sebagai “tawanan Allah” di bumi.’ (Hadis Riwayat Ahmad)
Hadis ini menyebut usia 40 tahun paling awal, dimana isinya
bermakna orang yang mencapai usia 40 tahun yang istiqamah dalam ibadahnya serta
tetap memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah swt, maka Allah swt
akan meringankan hisabnya.
Perhitungan amalnya akan dimudahkan oleh Allah swt. Ini merupakan suatu
keistimewaan tersendiri.
Tetapi, pada umur 40 tahun juga perlu tingkatkan kewaspaan jua.
Ibarat waktu solat, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk asar.
Senja. Sebentar lagi maghrib. Sahabat Qotadah, tokoh generasi tabiin, berkata,
“Bila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka hendaklah dia mengambil
kehati-hatian dari Allah ‘azza wa jalla.”
Bahkan, sahabat Abdullah bin Abbas ra dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa
mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak unggul mengalahkan amal
keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”
Nasihat yang diungkap oleh dua sahabat besar tersebut
memberikan pengertian bahwa manusia harus mulai bersikap waspada dan
hati-hati dalam ibadah pengabdiannya kepada Allah swt bila usianya telah
mencapai 40 tahun. Ia ditekankan untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya
mempertahankan amal kebajikan yang telah dibiasakannya pada usia sebelumnya. Dikhuatiri
ibarat perumpamaan “tua-tua keladi”, makin tua dosanya makin menjadi-jadi.
Secara keras, Ibnu Abbas ra mengingatkan manusia yang berumur 40 tahun dan amal
kebajikannya masih kalah dibanding dengan amal keburukannya, maka hendaklah ia
bersiap-siap ke neraka.
Atas dasar ini, penduduk Madinah dahulu yang didominasi oleh
para sahabat Nabi saw ketika usia mereka telah mencapi 40 tahun, mereka menumpukan
masa mempertingkatkan ibadah. Hal yang sama dilakukan oleh penduduk Andalusia,
Spanyol. Berikut adalah testimoni (hah macam penjual plak kan)
Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau
berjalan seraya memakai tongkat. Jika ditanya, jawab beliau, “Agar
aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini
seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di
udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar.
Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat
untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku
sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku
sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim
bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah.”
Syeikh Abdul Wahhab asy-Sya’rani dalam kitab “al-Bahr
al-Maurûd” menyatakan, “Kita memiliki keterikatan janji manakala umur kita
telah mencapai 40 tahun, bahwa kita harus melipat alas tidur kecuali bila
terkuasai (yakni, kantuk berat datang dan tak bisa dihindari), kita tidak boleh
alpa dari keberadaan kita sebagai para musafir ke negeri akhirat di setiap
detak nafas, sehingga kita tidak merasa memiliki kenyamanan sedikit pun di
dunia. Kita harus melihat sedetik nafas dari umur kita setelah usia 40 tahun
sebanding dengan 100 tahun dari umur sebelumnya. Begitulah. Pasca usia 40
tahun, tidak ada rehat bagi kita, tidak lagi berebutan atas suatu jabatan
(kursi), tidak juga merasa senang dengan sedikit pun dari dunia. Semua itu
karena sempitnya usia pasca 40 tahun. Tidaklah pantas orang yang berada di
ujung kematian berlaku lalai, lupa, santai, dan bermain-main.”
Lantas, apa yang harus kita lakukan ketika menginjak usia 40
tahun? Beberapa yang disebutkan Ahmad Syarifuddin dalam bukunya ini adalah:
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritualisme
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga konsistensi dan kontinuitas
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritualisme
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga konsistensi dan kontinuitas
Benarkah kata Barat ‘Life began at forty’ ?
Jom renungkan syair
Ali bin Abi Thalib ra,
إِذَا عَاشَ الْفَتَى سِتِّيْنَ
عَامًا # فَنِصْفُ الْعُمْرِ تَمْحَقُهُ اللَّيَالِي
وَرُبْعُ الْعُمْرِ يَمْضِى لَيْسَ يُدْرَى # أَيُقْضَى فِى يَمِيْنٍ أَوْ شِمَالِ
وَرُبْعُ الْعُمْرِ أَمْرَاضٌ وَشَيْبٌ # وَشُغْلٌ بِالتَّفَكُّرِ وَالْعِيَالِ
وَرُبْعُ الْعُمْرِ يَمْضِى لَيْسَ يُدْرَى # أَيُقْضَى فِى يَمِيْنٍ أَوْ شِمَالِ
وَرُبْعُ الْعُمْرِ أَمْرَاضٌ وَشَيْبٌ # وَشُغْلٌ بِالتَّفَكُّرِ وَالْعِيَالِ
‘Jika seorang pemuda dikaruniai usia 60 tahun, maka separuh
usianya habis oleh tidur di malam hari. Sementara seperempat usianya berlalu
tanpa diketahui, apakah dijalankan ke kanan atau ke kiri. Seperempat usianya
yang lain dimangsa oleh sakit, uban, dan kesibukan mengurus keluarga.’
Sahabat, Abdullah bin
Umar ra pernah menceritakan hadis dari Rasulullah saw yang perlu dicamkan
berkaitan dengan hal ini,
‘Rasulullah Saw. memegang kedua pundakku dan bersabda,
“Jadilah di dunia seakan-akan kamu orang asing (perantau) atau pengembara
(musafir).” Abdullah bin Umar ra. berkata, “Jika berada di waktu sore, jangan
menanti waktu pagi. Jika berada di waktu pagi, jangan menanti waktu sore.
Pergunakanlah (rebutlah) masa sehatmu (dengan amal-amal shaleh) untuk bekal
(antisipasi) masa sakitmu dan masa hidupmu untuk bekal (antisipasi) masa
matimu.” (Hadis Riwayat Bukhari).
Bergabunglah keinsafan, taubat dan penyerahan. Maka
berdasarkan ayat 15 Surah al-Ahqaf di atas, kita diajar untuk bertaubat apabila
menjelang usia 40 tahun. Kata al-Imam Ibn Kathir (w. 774H):
“Ayat ini memberikan petunjuk bahawa insan apabila
menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbaharui taubat dan kembali kepada
Allah, serta bersungguh-sungguh mengenainya” (Ibn Kathir, Tafsir al-Quran
al-‘Azim, 7/281. Saudi: Dar al-Tibah).
Apabila itu yang kita lakukan menjelang usia 40 tahun, maka
Allah memberikan janjiNya dalam ayat selepasnya bermaksud,
“mereka (yang bersifat seperti itu) itulah orang-orang
yang Kami (Allah) terima dari mereka amalan yang baik yang mereka telah
amalkan, dan Kami ampunkan kesalahan-kesalahan mereka; (mereka akan dimasukkan)
dalam ahli syurga, sebagai memenuhi janji yang benar, yang telah dijanjikan
kepada mereka”. (Surah al-Ahqaf ayat 16).
Indahnya janji dari Yang Maha Benar.
l-Tsa'labi rahimahullah berkata,
"Sesungguhnya Allah menyebutkan umur 40 tahun karena ini sebagai batasan
bagi manusia dalam keberhasilan maupun keselamatannya."
Ibrahim al-Nakhai rahimahullah berkata,
"Mereka berkata (yakni para salaf), bahwa jika seseorang sudah mencapai
umur 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan
pernah berubah hingga datang kematiannya." (Lihat: al-Thabaqat al-Kubra:
6/277)
Dihikayatkan, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi seorang lelaki
yang soleh, cerdas, sabar, murah hati, berwibawa dan terhormat. Ia berkata,
"manusia yang paling sempurna akal dan fikirannya adalah apabila telah
mencapai usia 40 tahun. Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut Allah
Ta'ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan
pikiran manusia akan sangat jernih pada waktu sahur." (Lihat: al-Wafyat
A'yan, Ibnu Khalkan: 2/245)
Disebutkan tentang biografi al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi,
"Bahwa ketika mencapai umur 40 tahun ia berkonsentrasi untuk beribadah dan
memutuskan diri dari hubungan dengan manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah Ta'ala, dan ia berpaling dari semua urusan dunia dan umat manusia,
seakan-akan ia tidak pernah kenal seorangpun dari mereka. Dan ia terus menyusun
karya-karya tulisnya. . ." (Syadzratu al-Dzahab: 8/51)
Semoga kita digolongkan hambaNya yang mampu mengisi umur
kita dengan sebaik-baiknya sehingga meringankan hisab kita di akhirat. Aamiiin.
Wallahualam
Sumber dan penghargaan : http://bahtiarhs.net
dan drmaza.com/
No comments:
Post a Comment